Kamis, 25 Juli 2013

Hairrudin: Babak Final : Puasa Vs Dispepsia



Babak Final : Puasa Vs Dispepsia


Dimuat di Radar Jember Selasa  , 14 Agustus 2012
 



Tidak terasa, akhirnya kita sampai pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Ibarat pertandingan, kita sudah memasuki babak final. Di  babak final, banyak bonus yang ditawarkan. Namun demikin, makin besar pula tantangannya. Yang berguguran di tahap ini pun semakin banyak. Lihatlah, shaf-shaf di masjid yang di awal Ramadhan ramai, kini makin lama makin maju shafnya karena jamaahnya berkurang. Demikian pula yang puasanya utuh, makin lama makin sedikit jumlahnya. Banyak yang mengalami kekalahan di babak final ini dengan berbagai argumennya masing-masing. Diantaranya adalah argumen kesehatan.
Argumen kesehatan yang sering dijadikan alasan untuk tidak berpuasa adalah gangguan pada lambung. Gangguan tersebut umumnya menimbulkan sejumlah keluhan, diantaranya mual, muntah, kembung, perut capat terasa penuh, nafsu makan berkurang, sering sendawa, nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati. Kumpulan gejala tersebut secara medis dikenal dengan istilah dispepsia. Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan gejala-gejala tersebut, diantaranya adalah gastritis, tukak lambung, dan refluks gastroeosofagus. Untuk menaklukkan penyakit-penyakit tersebut, diperlukan strategi khusus. Berikut strategi yang bisa kita gunakan.
Strategi pertama: konsultasikan dengan dokter, apakah gejala yang anda rasakan termasuk penyakit yang serius sehingga tidak boleh berpuasa atau tidak.
Kedua: Gunakan obat-obatan sesuai dengan petunjuk dokter. Hati-hati jika gejala di atas sudah sering dialami, bisa jadi masalahnya bukan pada lambung. Terdapat dua kelompok penyakit yang dapat menimbulkan gejala mirip, yaitu: 1) penyakit sistemik, seperti diabetes mellitus, penyakit tiroid dan jantung koroner; 2) gangguan di tempat lain seperti hati, pankreas dan sistem empedu. Banyak pasien yang menderita penyakit-penyakit tersebut, mencoba mengatasi gejalanya dengan mengkonsumsi obat maag secara terus menerus tanpa pengawasan ahlinya, akibatnya sering datang terlambat. Ketiga: mulailah berbuka dengan makanan ringan, hindari makanan serta minuman yang panas atau dingin, kemudian laksanakan sholat maghrib. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada lambung untuk beradaptasi. Pada saat berbuka dan sahur hindari makanan asam, pedas, berlemak dan terlalu banyak bumbu. Jangan makan terlalu cepat, kunyahlah sampai halus serta berhentilah makan sebelum kekenyangan.
Keempat: Hindari makanan berkafein (kopi, coklat), berhentilah merokok dan jauhi alkohol. Kelima: jangan berbaring setelah makan, hindari mengangkat barang yang berat, hindari pakaian yang ketat terutama di daerah pinggang, tempat tidur bagian kepala ditinggikan. Bagi yang kegemukan (obesitas), turunkan berat badan. Keenam: Mempersiapkan hari kemenangan, sering menguras tenaga dan pikiran, sebagai akibatnya badan terasa capek dan linu-linu.  Hati-hati mengkonsumsi obat penghilang capek dan linu-linu. Penggunaan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) yang dijual bebas dapat merusak mukosa lambung. Apalagi di beberapa tempat OAINS dijual satu paket (dicampur) dengan anti nyeri yang lain. Jika memilih jamu atau obat herbal, pastikan ada ijin dari depkes  dan perhatikan masa kadaluarsanya. Ketujuh: Jangan terlalu memaksakan diri menyambut hari kemenangan karena dapat menimbulkan stress dan mengakibatkan kambuhnya dispepsia.
Terkahir: Segera hubungi dokter jika mengalami muntah yang terus menerus dan atau bercampur darah. Semoga di hari kemenangan nanti, kita semua menjadi pemenangnya. Akhir kata :“Kecepot gulena merah. Mong bedeh seh lopot, nyo’on seporah”.

Tidak ada komentar: