Radar Jember
Rabu, 8 Agustus 2012
Rasulullah saw bersabda: ”berpuasalah,
niscaya kamu akan sehat”. Selama lebih dari dua minggu di kolom koran ini,
berbagai sumber telah banyak menguraikan kebenaran hadits tersebut. Sehat
sendiri, sebenarnya tidak cukup hanya ditinjau dari sisi jasmaninya, tetapi
juga perlu dari sisi jiwanya.
Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia
masih cukup tinggi. Tahun 2007 prevalensinya lebih dari 11,6 persen (sekitar 19
juta penduduk). Hampir satu persennya mengalami gangguan jiwa berat. Pada tahun
2020 diperkirakan gangguan jiwa akan menghilangkan waktu produktif sebanyak 15
persen. Namun, perkiraan tersebut akan meleset, jika kita bisa melaksanakan
puasa dengan baik. Puasa yang baik, tidak hanya
menahan haus dan lapar, tetapi
juga melaksanakan sunnah-sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah saw.
Salah satu sunnah saat puasa adalah
makan sahur pada akhir malam. Bangun di akhir malam, saat kondisi alam sunyi
dan tenang, mengakibatkan pikiran kita menjadi fresh, kondisi psikologi menjadi tenang dan emosi menjadi lebih
stabil. Kondisi ini berperan dalam mengendalikan sekresi hormon adrenalin,
noradrenalin dan kortisol pada tubuh kita, sehingga produksinya tidak
berlebihan. Adrenalin dan noradrenalin bertanggung jawab terhadap terjadinya
konstriksi pembuluh darah, jantung berdebar-debar, tekanan darah meningkat,
cemas dan mudah marah, sedangkan kortisol merupakan salah satu hormon stres
yang mengakibatkan kita mudah berbuat salah, sulit berkonsentrasi, dan daya
ingat menjadi kurang baik. Singkatnya, dengan terkendalinya sekresi hormon-hormon
tersebut kita akan terhindar dari rasa cemas dan stres.
Bangun tidur yang lebih awal juga
akan membuat kita, secara psikologis lebih siap mengahadapi aktivitas di siang
harinya. Tantangan hidup dan peristiwa yang berat akan lebih mudah dihadapi
dengan tenang dan emosi yang stabil. Karena
itu, biasakanlah makan sahur diakhir malam, meskipun, mungkin tanpa makan sahur
anda juga akan kuat berpuasa. Hendaknya setelah makan sahur dan sholat subuh
jangan tidur lagi. Gunakan waktu yang ada untuk mempersiapkan atau memprogram
aktivitas hari itu, sehingga kita menjadi lebih siap dan percaya diri.
Dengan
berpuasa marilah kita tingkatkan kepekaan sosial. Jadikanlah rasa lapar dan
haus yang kita rasakan, untuk mengingat nasib sesama yang sering “terpaksa”
merasakan lapar karena kemiskinannya. Kepekaan sosial akan mendorong kita untuk
memberikan perhatian dan kasih sayang yang lebih terutama terhadap orang dekat
kita. Hal ini akan berdampak positif kepada orang-orang yang berpotensi
mengalami gangguan jiwa. Mereka akan merasa tidak sendirian dalam mengarungi kehidupan
yang dirasa menyiksa, menakutkan dan menyakitkan. Perhatian dan kasih sayang
yang kita berikan menjadi pegangan bagi jiwa mereka yang gundah gulana dan
terombang-ambing oleh kejamnya kehidupan. Akibatnya, mereka dapat terhindar
dari gangguan jiwa.
Sunnah
yang lain adalah menyegerakan berbuka puasa. Tidak bisa dipungkiri, orang yang
sedang puasa akan merasa senang ketika mendengar adzan maghrib dikumandangkan. Jangan
menunda perasaan senang tersebut. Nikmati hidangan yang tersedia dengan penuh
syukur, walaupun mungkin hanya ikan asin dan sambel lalapan. Bukankah makanan
yang ternikmat adalah makanan yang kita makan ketika kelaparan? Nah, perasaan
senang tersebut akan mengakibatkan tubuh kita mengeluarkan hormon endorfin. Hormon endorfin dapat
mencegah perasaan stres, membuat hati merasa tenang, nyaman, menghilangkan rasa sakit, menjaga sel otak
tetap muda, dan meningkatkan semangat hidup sehingga menjauhkan kita dari
stres, demensia (pikun) dan depresi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar