Di muat di 
Jawa Pos: Opini
Oleh Hairrudin
Setiap Ramadan, kurma kerap dihidangkan sebagai 
pelengkap menu buka puasa. Bagi penderita penyakit jantung koroner 
(PJK), kurma sesungguhnya baik tidak hanya saat Ramadan. Kurma yang 
sarat sejumlah kandungan gizi itu memberi efek protektif bagi penderita 
PJK. Angka kematian karena penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh 
darah) di Indonesia terus meningkat. Pada 2005, sekitar 30 persen di 
antara seluruh kematian di dunia atau sekitar 17,5 juta kematian 
penduduk dunia disebabkan penyakit kardiovaskuler.
Di antara jumlah tersebut, sekitar 7,6 juta kematian disebabkan PJK 
dan 5,7 juta kematian karena stroke. Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2006) 
memperkirakan, pada 2015, sekitar 20 juta penduduk dunia akan meninggal 
karena penyakit itu, terutama karena serangan jantung dan stroke. PJK merupakan salah satu bentuk penyakit kardiovaskuler. Tingginya angka kematian karena PJK disebabkan 
 kurangnya kepedulian serta pengetahuan sebagian besar masyarakat 
terhadap pentingnya pencegahan penyakit sejak dini. Hasil Survei 
Kesehatan Nasional 2001 menunjukkan, 3 di antara 1.000 penduduk 
Indonesia menderita PJK (Tjang, 2006).
PJK terjadi karena gangguan pada arteria coronaria. Yaitu, arteri yang menyuplai oksigen dan zat makanan ke jantung. Patogenesis PJK didahului oleh terbentuknya plak aterosklerosis yang mengakibatkan diameter lumen arteria coronaria
 menyempit atau tersumbat, sehingga mengurangi atau menghentikan aliran 
darah ke otot jantung. Akibatnya, kerja jantung terganggu, sehingga 
terjadi iskemia atau infark jantung dengan segala konsekuensinya. Misalnya, angina pektoris, infark miokard, bahkan kematian mendadak.
Untuk mencegah PJK, bisa dimulai dengan mengendalikan faktor risiko 
dan memperbaiki gaya hidup. Faktor-faktor risiko yang bisa dikendalikan,
 antara lain, hipertensi, dislipidemia, hiperkolesterolemia, merokok, 
diet, obesitas, diabetes, aktivitas fisik berlebih, dan stres. Kemudian, memperbaiki gaya hidup dapat dilakukan dengan memperbaiki 
pola makan (diet), yaitu menghindari lemak jenuh dan tinggi kolesterol. 
Konsumsi makanan berserat, lemak tak jenuh, vitamin C, kalsium, rendah 
natrium, dan tinggi kalium perlu ditingkatkan.
                                                Gambar:  Contoh Diet Tinggi Kolesterol 
 
Nutrisi Kurma
Awalnya, banyak yang menganggap bahwa kurma dihidangkan dalam berbuka
 puasa hanya karena kandungan vitamin di dalamnya bisa meningkatkan 
kebasaan lambung yang terlalu asam setelah 13-14 jam tidak memperoleh 
makanan dan minuman. Hasil studi kelompok ilmiah Fakultas Kedokteran 
Univesitas Jember (FK Unej) menunjukkan sejumlah riset yang menemukan 
bahwa kandungan gizi pada kurma ternyata hampir lengkap dengan komposisi
 yang seimbang. Riset Al-Shahib dan Marshall (2003) membuktikan, kurma mengandung 
karbohidrat (gula total) 44-88 persen; 0,2-0,5 persen lemak; serta 
2,3-5,6 persen protein dengan 23 asam amino. Nutrition Data (2007) juga 
mengungkap bahwa kurma mengandung serat, vitamin A, tiamin (B1), 
riboflavin (B2), niasin (B3), asam pantotenat (B5), piridoksin (B6), 
asam folat (B9), kolin, betain, kalsium, zat besi, magnesium, fosfor, 
tembaga, natrium, kalium, seng, dan mangaan.
Untuk serat pangan, kandungannya dalam kurma ternyata cukup tinggi. 
Serat dapat mengikat kolesterol atau asam empedu di usus, sehingga 
menghambat absorpsi kolesterol eksogen dan menghambat reabsorpsi asam 
empedu yang kemudian dikeluarkan bersama tinja. Makin tinggi konsumsi 
serat, akan semakin banyak asam empedu dan kolesterol yang dikeluarkan 
tubuh, sehingga membantu mengurangi kadar kolesterol darah. Mengacu pada Nutrition Data (2007), serat pangan dalam kurma sekitar 
6,7 gram per 100 gram. Menurut Al-Shahib dan Marshall (2002) serta 
(El-Zoghbi, 1994), serat dalam kurma berkisar 6,4-11,4 persen, 
bergantung varietas dan stadium pematangan kurma. Riset Fayadh dan 
Al-Showiman (1990) menunjukkan, kurma mengandung 0,5-3,9 persen serat 
larut (pektin). Diet serat larut berfungsi menurunkan kadar kolesterol 
darah dan membantu mengurangi risiko PJK.
Lebih jauh, sejumlah riset lain memberikan informasi yang semakin 
lengkap tentang nutrisi kurma. Riset Husada (2008) menunjukkan, kurma 
ternyata juga mengandung kalium yang bisa membantu menurunkan tekanan 
darah. Konsumsi ekstra kalium dapat menjaga dinding arteri tetap elastis
 dan berfungsi normal. Keadaan itu membuat pembuluh darah tidak mudah 
rusak karena tekanan darah tinggi.
Hikmah Ramadan
Dalam berbuka puasa, Rasulullah memberi contoh untuk mengonsumsi 
kurma. Penelitian membuktikan, kurma memang merupakan makanan yang baik 
untuk berbuka puasa karena bisa memasok asupan energi secara cepat. 
Kandungan gula kurma sebagian besar merupakan gula monosakarida, 
sehingga mudah dicerna tubuh. Gula-gula itu berupa glukosa dan fruktosa. Pada sebagian varietas kurma tertentu, misalnya kurma jenis Deglet Noor,
 juga terdapat gula sukrosa. Penyerapan gula kurma dalam tubuh sekitar 
45-60 menit. Bandingkan dengan daya absorpsi pati pada nasi yang 
memerlukan waktu beberapa jam.
Bisa jadi, inilah salah satu hikmah Ramadan yang bisa dipetik bagi 
dunia kesehatan, terutama bagi penderita PJK. Kurma yang kerap dijadikan
 ikon bagi hidangan berbuka puasa itu ternyata memiliki efek protektif 
dalam mencegah PJK karena nutrisinya banyak memiliki kebaikan bagi 
jantung serta pembuluh darah. Ke depan, perlu diupayakan pengembangan teknologi pengolahan yang 
bisa melindungi zat gizi pada kurma. Tidak lupa, perlu dilakukan pula 
pengembangan berbagai produk berbahan baku kurma yang lebih bervariasi, 
inovatif, dan terjangkau. Wallahu a’lam bis-sawab.