Babak Final : Puasa Vs Dispepsia
Dimuat di Radar Jember Selasa , 14 Agustus 2012
Tidak terasa, akhirnya kita sampai pada sepuluh
hari terakhir bulan Ramadhan. Ibarat pertandingan, kita sudah memasuki babak final.
Di babak final, banyak bonus yang
ditawarkan. Namun demikin, makin besar pula tantangannya. Yang berguguran di
tahap ini pun semakin banyak. Lihatlah, shaf-shaf di masjid yang di awal
Ramadhan ramai, kini makin lama makin maju shafnya karena jamaahnya berkurang.
Demikian pula yang puasanya utuh, makin lama makin sedikit jumlahnya. Banyak
yang mengalami kekalahan di babak final ini dengan berbagai argumennya masing-masing.
Diantaranya adalah argumen kesehatan.
Argumen kesehatan yang sering dijadikan alasan
untuk tidak berpuasa adalah gangguan pada lambung. Gangguan tersebut umumnya menimbulkan sejumlah keluhan, diantaranya mual, muntah, kembung, perut capat terasa penuh, nafsu makan berkurang, sering sendawa, nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati. Kumpulan gejala tersebut secara medis dikenal dengan istilah dispepsia. Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan gejala-gejala tersebut, diantaranya
adalah gastritis, tukak lambung, dan refluks gastroeosofagus. Untuk menaklukkan
penyakit-penyakit tersebut, diperlukan strategi khusus. Berikut strategi yang
bisa kita gunakan.
Strategi pertama: konsultasikan dengan dokter,
apakah gejala yang anda rasakan termasuk penyakit yang serius sehingga tidak
boleh berpuasa atau tidak.
Kedua: Gunakan obat-obatan sesuai dengan petunjuk dokter. Hati-hati jika
gejala di atas sudah sering dialami, bisa jadi masalahnya bukan pada lambung. Terdapat
dua kelompok penyakit yang dapat
menimbulkan gejala mirip, yaitu: 1) penyakit sistemik, seperti diabetes mellitus, penyakit tiroid dan jantung koroner; 2) gangguan di tempat lain seperti hati, pankreas dan sistem empedu. Banyak pasien yang menderita penyakit-penyakit tersebut, mencoba
mengatasi gejalanya dengan mengkonsumsi obat maag secara terus menerus tanpa
pengawasan ahlinya, akibatnya sering datang terlambat. Ketiga: mulailah berbuka
dengan makanan ringan, hindari makanan serta minuman yang panas atau dingin,
kemudian laksanakan sholat maghrib. Hal ini dimaksudkan untuk memberi
kesempatan kepada lambung untuk beradaptasi. Pada saat berbuka dan sahur hindari makanan asam, pedas, berlemak dan terlalu banyak bumbu. Jangan makan terlalu cepat, kunyahlah sampai halus serta berhentilah makan sebelum
kekenyangan.
Keempat:
Hindari makanan berkafein (kopi, coklat), berhentilah merokok dan jauhi alkohol.
Kelima: jangan berbaring setelah makan, hindari
mengangkat barang yang berat, hindari pakaian yang ketat terutama di daerah
pinggang, tempat tidur bagian kepala ditinggikan. Bagi yang kegemukan (obesitas), turunkan berat
badan. Keenam: Mempersiapkan hari
kemenangan, sering menguras tenaga dan pikiran, sebagai akibatnya badan terasa
capek dan linu-linu. Hati-hati
mengkonsumsi obat penghilang capek dan linu-linu. Penggunaan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) yang dijual
bebas dapat merusak mukosa lambung. Apalagi di beberapa tempat OAINS dijual satu
paket (dicampur) dengan anti nyeri yang lain. Jika memilih jamu atau obat
herbal, pastikan ada ijin dari depkes
dan perhatikan masa kadaluarsanya. Ketujuh: Jangan terlalu memaksakan diri menyambut hari kemenangan
karena dapat menimbulkan stress dan mengakibatkan kambuhnya dispepsia.
Terkahir: Segera hubungi dokter jika mengalami
muntah yang terus menerus dan atau bercampur darah. Semoga di hari kemenangan
nanti, kita semua menjadi pemenangnya. Akhir kata :“Kecepot gulena merah. Mong
bedeh seh lopot, nyo’on seporah”.