Jumat, 27 September 2013

DNA rekombinan


DNA rekombinan adalah DNA yang dihasilkan atau diciptakan dengan menggabung dua fragmen DNA. Penggabungan tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan ujung rantai tunggal yang komplementer (saling berpasangan) yang disebut ujung kohesif. Dua fragmen masing-masing dengan ujung kohesif dicampur, sehingga saling mengikat, celah yang tersisa kemudian ditutup dengan menggunakan enzim DNA ligase. Penggabungan juga dapat dilakukan pada dua  fragmen DNA dengan ujung  tumpul dengan menggunakan enzim T4-ligase yang berasal dari bakteriofag T4.

Ujung kohesif  (Sticky end) adalah ujung dari fragmen DNA yang berbentuk lancip berupa rantai tunggal dan dapat terikat atau digabung dengan ujung kohesif lain yang komplementer. Penggabungan tersebut membutuhkan enzim ligase.  Ujung kohesif dapat diciptakan dengan menggunakan:
a.       Enzim endonuklease restriksi
b.      Enzim polimerase Taq
c.       Oligonukleotida penggabung
d.      Oligonukleotida adaptor 

Prinsip penciptaan DNA rekombinan dengan menggunakan enzim deoksi-ribonukleotida transferase: 
Prinsip: Dua fragmen DNA, masing-masing dijadikan ujung kohesif dengan menambah deoksiribonukleotida (dATP, untuk DNA yang satu dan dTTP untuk fragmen yang lain) dan enzim deoksiribonukleotida transferase. Dua fragmen dengan ujung kohesif yang dihasilkan, dapat digabung,  Celah yang terbentuk digabung  menggunakan enzim DNA ligase. 
Metode: Teknik ini merupakan teknik yang tertua (pertama kali digunakan) untuk menghasilkan DNA rekombinan. Dua fragmen DNA (misalnya A dan B) yang akan digabung diperpanjang salah satu ujungnya (yang searah dengan 5’ dan menghasilkan ujung kohesif), dengan menambah deoksiribonukleota (dATP dan dTTP) dan bantuan  enzim deoksiribonukleotida transferase. Pada fragmen DNA A ditambah dATP, sehingga membentuk rantai tunggal poli A (teknik ekor poli A) pada ujung 5’. Pada fragmen DNA B ditambah dTTP, sehingga membentuk rantai tunggal poli T  pada ujung 5’. Dua fragmen dengan ujung kohesif yang dihasilkan, dapat digabung,  karena A dan T komplementer. Celah yang terbentuk digabung  menggunakan enzim DNA ligase.

Prinsip penciptaan DNA rekombinan dengan menggunakan Enzim endonuklease restriksi.
Prinsip:  Enzim endonukleaase restriksi akan memotong DNA dibagian tengah, pada daerah yang disebut urutan pengenalan. Pemotongan tersebut menghasilkan fragmen dengan ujung kohesif atau tumpul. Dua fragmen yang dihasilkan dicampur (diikat) dan digabung. Dua fragmen ujung kohesif dapat digabung menggunakan enzim DNA ligase. Penggabungan juga dapat dilakukan pada dua  fragmen DNA dengan ujung  tumpul dengan menggunakan enzim T4-ligase yang berasal dari bakteriofag T4. 

 

Kurma, Puasa, dan Penderita PJK

Di muat di Jawa Pos: Opini
Oleh Hairrudin


Setiap Ramadan, kurma kerap dihidangkan sebagai pelengkap menu buka puasa. Bagi penderita penyakit jantung koroner (PJK), kurma sesungguhnya baik tidak hanya saat Ramadan. Kurma yang sarat sejumlah kandungan gizi itu memberi efek protektif bagi penderita PJK. Angka kematian karena penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) di Indonesia terus meningkat. Pada 2005, sekitar 30 persen di antara seluruh kematian di dunia atau sekitar 17,5 juta kematian penduduk dunia disebabkan penyakit kardiovaskuler.

Di antara jumlah tersebut, sekitar 7,6 juta kematian disebabkan PJK dan 5,7 juta kematian karena stroke. Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2006) memperkirakan, pada 2015, sekitar 20 juta penduduk dunia akan meninggal karena penyakit itu, terutama karena serangan jantung dan stroke. PJK merupakan salah satu bentuk penyakit kardiovaskuler. Tingginya angka kematian karena PJK disebabkan  kurangnya kepedulian serta pengetahuan sebagian besar masyarakat terhadap pentingnya pencegahan penyakit sejak dini. Hasil Survei Kesehatan Nasional 2001 menunjukkan, 3 di antara 1.000 penduduk Indonesia menderita PJK (Tjang, 2006).

PJK terjadi karena gangguan pada arteria coronaria. Yaitu, arteri yang menyuplai oksigen dan zat makanan ke jantung. Patogenesis PJK didahului oleh terbentuknya plak aterosklerosis yang mengakibatkan diameter lumen arteria coronaria menyempit atau tersumbat, sehingga mengurangi atau menghentikan aliran darah ke otot jantung. Akibatnya, kerja jantung terganggu, sehingga terjadi iskemia atau infark jantung dengan segala konsekuensinya. Misalnya, angina pektoris, infark miokard, bahkan kematian mendadak.

Untuk mencegah PJK, bisa dimulai dengan mengendalikan faktor risiko dan memperbaiki gaya hidup. Faktor-faktor risiko yang bisa dikendalikan, antara lain, hipertensi, dislipidemia, hiperkolesterolemia, merokok, diet, obesitas, diabetes, aktivitas fisik berlebih, dan stres. Kemudian, memperbaiki gaya hidup dapat dilakukan dengan memperbaiki pola makan (diet), yaitu menghindari lemak jenuh dan tinggi kolesterol. Konsumsi makanan berserat, lemak tak jenuh, vitamin C, kalsium, rendah natrium, dan tinggi kalium perlu ditingkatkan.

                                                Gambar:  Contoh Diet Tinggi Kolesterol
 
Nutrisi Kurma
Awalnya, banyak yang menganggap bahwa kurma dihidangkan dalam berbuka puasa hanya karena kandungan vitamin di dalamnya bisa meningkatkan kebasaan lambung yang terlalu asam setelah 13-14 jam tidak memperoleh makanan dan minuman. Hasil studi kelompok ilmiah Fakultas Kedokteran Univesitas Jember (FK Unej) menunjukkan sejumlah riset yang menemukan bahwa kandungan gizi pada kurma ternyata hampir lengkap dengan komposisi yang seimbang. Riset Al-Shahib dan Marshall (2003) membuktikan, kurma mengandung karbohidrat (gula total) 44-88 persen; 0,2-0,5 persen lemak; serta 2,3-5,6 persen protein dengan 23 asam amino. Nutrition Data (2007) juga mengungkap bahwa kurma mengandung serat, vitamin A, tiamin (B1), riboflavin (B2), niasin (B3), asam pantotenat (B5), piridoksin (B6), asam folat (B9), kolin, betain, kalsium, zat besi, magnesium, fosfor, tembaga, natrium, kalium, seng, dan mangaan.

Untuk serat pangan, kandungannya dalam kurma ternyata cukup tinggi. Serat dapat mengikat kolesterol atau asam empedu di usus, sehingga menghambat absorpsi kolesterol eksogen dan menghambat reabsorpsi asam empedu yang kemudian dikeluarkan bersama tinja. Makin tinggi konsumsi serat, akan semakin banyak asam empedu dan kolesterol yang dikeluarkan tubuh, sehingga membantu mengurangi kadar kolesterol darah. Mengacu pada Nutrition Data (2007), serat pangan dalam kurma sekitar 6,7 gram per 100 gram. Menurut Al-Shahib dan Marshall (2002) serta (El-Zoghbi, 1994), serat dalam kurma berkisar 6,4-11,4 persen, bergantung varietas dan stadium pematangan kurma. Riset Fayadh dan Al-Showiman (1990) menunjukkan, kurma mengandung 0,5-3,9 persen serat larut (pektin). Diet serat larut berfungsi menurunkan kadar kolesterol darah dan membantu mengurangi risiko PJK.

Lebih jauh, sejumlah riset lain memberikan informasi yang semakin lengkap tentang nutrisi kurma. Riset Husada (2008) menunjukkan, kurma ternyata juga mengandung kalium yang bisa membantu menurunkan tekanan darah. Konsumsi ekstra kalium dapat menjaga dinding arteri tetap elastis dan berfungsi normal. Keadaan itu membuat pembuluh darah tidak mudah rusak karena tekanan darah tinggi.

Hikmah Ramadan
Dalam berbuka puasa, Rasulullah memberi contoh untuk mengonsumsi kurma. Penelitian membuktikan, kurma memang merupakan makanan yang baik untuk berbuka puasa karena bisa memasok asupan energi secara cepat. Kandungan gula kurma sebagian besar merupakan gula monosakarida, sehingga mudah dicerna tubuh. Gula-gula itu berupa glukosa dan fruktosa. Pada sebagian varietas kurma tertentu, misalnya kurma jenis Deglet Noor, juga terdapat gula sukrosa. Penyerapan gula kurma dalam tubuh sekitar 45-60 menit. Bandingkan dengan daya absorpsi pati pada nasi yang memerlukan waktu beberapa jam.

Bisa jadi, inilah salah satu hikmah Ramadan yang bisa dipetik bagi dunia kesehatan, terutama bagi penderita PJK. Kurma yang kerap dijadikan ikon bagi hidangan berbuka puasa itu ternyata memiliki efek protektif dalam mencegah PJK karena nutrisinya banyak memiliki kebaikan bagi jantung serta pembuluh darah. Ke depan, perlu diupayakan pengembangan teknologi pengolahan yang bisa melindungi zat gizi pada kurma. Tidak lupa, perlu dilakukan pula pengembangan berbagai produk berbahan baku kurma yang lebih bervariasi, inovatif, dan terjangkau. Wallahu a’lam bis-sawab.